w/ Swandi di Tegal Alun |
“Tidak
mungkin,”! Pasti itu kata pertama yang terucap setelah membaca judul dari
artikel ini. Ya, memang tidak mungkin. Tetapi saya hanya membuat kiasan saja
bermaksud persuasif untuk melanut membaca artkel ini. Memang benar, gandum
tidak akan mungkin tumbuh disana, gandum yang merupakan kelompok tanaman serealia atau padi-padian biasanya
tumbuh di tanah yang subur dan aman dari gulma. Nah, mengap harus di puncak
Papandayan?
Gunung Papandayan yang terletak di
Jawa Barat, Kabupaten Garut, di Kecamatan Cisurapan ini memiliki tipe gunung
stratovolcano, saya juga kurang mengerti mengapa disebut stratovolcano, padahal
Papandayan ini tidak bertipe kerucut. Tetapi mungkin karena gunung ini
terbentuk dari lava yang sudah mengeras Gunung Papandayan ini memiliki daya
tarik tersendiri bagi para pendaki. Bahkan pegunungan ini boleh dikatakan Gunung
Wisata. Apalagi gunung ini bisa dikunjungi yang bukan pendaki sekalpun karena
akses masuknya yang beraspal sampai ke Basecamp. Papandayan memiliki ketinggian
2665 m di atas permukaan laut dengan konfigurasi umum lahannya bergunung,
berbukit, dataran dan lembah. Daya tarik Gunung Papandayan yang utama berupa
kawah, panorama, pegunungan dan perkemahan, semuanya ini ada di dalam kawasan
Taman Wisata Alam.
Potensi flora di dalam kawasan gunung
ini diantaranya Pohon Suagi, Edelweis (Anaphalis javanica), Puspa, dan Cantigi.
Terutama Edelweis di kawasan pegunungan ini terdapat daerah dengan nama Tegal
Alun, terdapat populasi bunga Edelweis berkisar 10 Ha dan menjadi salah satu
tempat terluas tumbuhnya Edelweis di Indonesia.
Rute perjalanan pendakian gunung
Papandayan ini bisa melalui
Garut – Cisurupan – Cam David – Kawah – Pos II – Pondok Seladah – Hutan Mati – Tegal Alun – Puncak
Kalau saya sih kemaren kebetulan
berada di Kecamatan Bungbulang, tepat di kaki gunung Papandayan, kalau
Cisurupan berada di lembah timur Papandayan, Bungbulang ini berada di Barat
Dayanya Papandayan. hanya saja jalur dari desa ini saya tidak tahu dan masih
jarang dilalui pendaki. Jadi saya berangkat langsung ke Cisurupan naik
transportasi Elep, Rp 25000 sekitar 2 jam.
Garut
– Cisurupan
Perjalanan ini dapa ditepuh sekitar
1,5 jam dari terminal guntur sampai persimpangan Cisurupan dan kawasan gunung
Papandayan. Dari terminal Garut boleh menggunakan jasa angkutan dengan tarif
sekitar Rp 10000.
Cisurupan
– Camp David
Disini biasanya paling repot bagi para
pendaki yang idak menggunakan kendaraan sendiri. Kita harus menggnakan jasa
ojek atau pick-up dengan harga sekitar Rp 25.000 ojek, dan Rp 20.000 pickup per
orangnya, karena biasanya akan berisi 10-15 orang. Pengalaman saya dengan
Swandi kemaren yang hanya berangkat berdua saja, tukang ojeknya langsung
nawarin dengan harga Rp 35000, 10 ribu lumayan kan buat para pemilik kantong
tipis. Ada baiknya kita cari kawan untuk bisa naik pickup supaya lebih murah atau
naik ojek tetapi terlebih dahulu lakukan tawar menawar sampai dapat harga
paling murah.
Camp
David – Kawah
Di Parkiran ini, camp David kita
diwajibkan registrasi dengan harga tiket masuk Rp 3500. Murah bukan. Disini
juga kita bisa sewa tenda, namun ada baiknya kita booking sebelumnya mengingat
banyaknya pengunjung yang merental dari sini. Dari titik ini memulai pendakian
dengan jalan yang masih mendatar hingga sampai di kawah berkisar 10 menit.
Kawah
– Pos II
Berhati-hatilah pada tahap ini karena
batu-batu kecil yang bisa menggelincirkan anda. Berhati-hati juga pada belerang
atau gas yang dikeluarkan di kawah ini. Treknya tidak terlalu sulit sampai pada
Pos II. Disini bisa mendirikan tenda. Di Pos II ini juga harus menunjukkan
formulir registrasi di Camp David. Perjalanan ini sekitar 1 jam. Di pos II ini
ada juga yang berjualan makanan, sumber air juga ada di poss II ini. Saat ingin
melanjutkan perjalanan sebaiknya untuk jeli melihat tanda karena jalur menuju
perkebunan warga ada disini yang terlihat lebar di arah Utara.
Pos
II – Pondok Seladah
Dari pos II ini kita akan melalui
pepohonan dan dari sebelah kiri bila tepat pada saat fajar menyingsing akan
terlihat Kegagahan Gunung Cikuray diselimuti awan. Lama tempuh ke Pondok
Seladah ini berkisar 10 menit. Di Pondok Seladah ini bisa juga mendirikan
tenda. Dan sebaiknya disini, karena di Tegal Alun dilarang keras mendirikan
tenda disana. Saya setuju, karena tidak akan mengganggu populasi Hektaran
Edelweis. Di Pondok Seladah ini juga ada sumber air dari pipa pipa yang
disalurkan.
Pondok
Seladah – Hutan Mati
Perjalanan ini sekitar 20 menit, dan
dari pondok Seladah ini Hutan mati terlihat dengan jelas. Jalur menuju hutan
mati ini akan melalui pepohonan yang lebat. Tetapi tidak perlu takut,
tanda-tanda trek ada, yang berbahaya itu kalau pendakian pada malam hari.
Hutan
Mati – Tegal alun
Hutan Mati ini adalah bekas dari
letusan Papandayan tahun 2002, dulunya Hutan ini sangat lebat tetapi sampai
sekarang tidak ditumbuhi tanaman lagi. Hutan mati ini telihat sangat indah dan
memberikan sensasi yang berbeda. Menuju tegal alun akan melalui trek yang cukup
menanjak. Sesekali akan terdengar suara babi hutan. Seperti pendakian kami tiap
10 menit akan terdengar suara babi hutan. Hahaha. Dari Hutan Mati menuju Tegal
Alun memakan waktu sekitar 30 menit. Dan sesampainya di Tegal Alun ditandai
dengan Bunga Edelweis yang cukup luas. Mungkin inilah surganya Papandayan.
Tegal
Alun – Puncak
Bagi banyak orang dan pendaki Tegal
Alum merupakan tujuan akhir karena pemandangan yang cukup indah pada tempat
ini. Maka tidak heran akan banyak pendaki menghabiskan waktu di Tegal Alun ini
karena menyuguhi latar belakang Bunga Edelweis yang cukup luas dan indah.
Perjalanan menuju Puncak memakan waktu sekitar 1 jam. Perjalanan menuju kesana
akan melalui hutan ydengan pepohonan yang lebat dan luas. Ada juga spot yang
menarik untuk menikmati indahnya hamparan Bunga edelweis yang sangat luas di
Tegal alun. Dan juga Kawah akan terlihat dari trek ini.
Jangan heran dan jangan kecewa pada
saat tiba dipuncak. Tidak akan terlihat kawasan luas. Petunjuk tanda puncakpun
tidak akan ada disini. Tidak seperti puncak gunung-gunung lain yang terlihat
gersang, kosong yang ada hanya batu dan pasir. Lain halnya dengan Papandayan
ini pandangan kita akan tertutup oleh tingginya pepohonan dan tanaman-tanaman
lain. Itulah sebabnya judul dari artikel ini Gandum di Puncak Gunung
Papandayan. Dengan arti bahwa Puncak ini terlihat subur tidak berbatu. :D
chinnnnnnnnngggggggggg...
Nambah deh perbendaharaan pertemanan |
Salam
Lestari