"Jika Anda ingin berjalan lebih cepat, berjalanlah sendirian; jika Anda ingin berjalan lebih jauh, berjalanlah bersama orang lain". - African Proverb
Perlengkapan yang kita bawa: Matras, trangia, nesting,
sleeping bag, blaa.. blaa.. blaa.. terdengar di suatu halaman rumah di Baskoro
briefing kecil untuk pendakian gunung Ungaran. Sehabis briefing cerita demi
cerita terbesit rencana untuk mendaki gunung Semeru. “Dek, semester depan ke
Semeru yuk! Biar kita rencanakan, kita bisa menabung juga dari sekarang biar
nggak terasa pas di hari h-nya”,. Kataku pada salah seorang teman namanya Jana, disela-sela
briefing pendakian gunung. “iya bang, aku juga pengen kesana”. Balasnya. Hari demi hari minggu
demi minggu semester ganjil tuntas dengan baik (ipk cukup-cukup makan).
Semester baru semester genap dimulai lagi. Rencana untuk mendaki ke gunung
semeru lupa bagaikan debu terhempas di jalanan. Menabungnya juga lupa.
Sekalipun keinginan mendaki gunung Semeru tidak hilang dari harapan dan keinginan.
Pada bulan April dua bulan sebelum libur semester kembali
ada rencana untuk mendaki gunung Semeru. Sebulan berlalu tetap sama tidak persiapan
dan rencana yang jelas. Namun tepat pada perkuliahan Survei Hidrografi II
ditengah-tengah dosen mengajarkan Batimetri pengukuran topografi dasar laut,
terjadi rapat kecil disebabkan ngantuk menyerang dan sore hari yang panas.
Ibarat ice breaking ditengah-tengah seminar menjadi terasa bersemangat dan
segar kembali. “Nanti aku mau ke Merapi, gi! mau ikut gak?”, tanyaku pada Yogi
dan Andri yang tempat duduk kami berdekatan. Ternyata mereka menolak untuk ikut.
Dari percakapan itu muncul ide untuk merencanakan pendakian ke Semeru. Entah apa yang membuat, memang benar perkataan John Muir, seorang naturalis, pendaki dan penjelajah gunung asal Swiss, "The mountains are calling, and you must go". Kemudian mulailah merencanakan ke Semeru. Nama-nama yang ikut dituliskan serta persiapan apa saja, tidak lupa untuk di catat dengan
semanganya di catatan matakuliah SurHid II, berbanding terbalik dengan mencatat
kuliah yang sedang diajarkan pak Dosen. Hahaha. Tercatat 8 orang yang kira-kira
bisa ikut. Terencana tanggal sehabis UAS.
Pulang dari perkuliahan dengan rasa menggebu-gebu karena
rencana mendaki Gunung semeru mulai jelas dan malamnya untuk mendaki gunung
Merapi pun menjadi semangat.
Sehabis UAS mulailah mendata siapa-siapa saja yang ikut seminggu
sebelum pendakian minggu kedua bulan Juli. Yang menjadi kendala ialah tidak ada
yang bisa karena bertabrakan dengan jadwal acara masing-masing. Niat untuk
mendaki gunung Semeru hanya bertiga pun mulai direncanakan walaupun terasa
berat karena biaya akan serasa ditekel keras dari belakang. :D
Rencana awal tanggal 14 Juli 2014 dimundurkan lagi
menjadi tanggal 15. Peserta yang ikut menjadi 8 orang. Namun pada hari H
bertambah menjadi 10 orang. Rencana dari awal minimal 10 orang untuk meminalisir
biaya pun terlaksana.
Hari Pertama
Persiapan
dan keberangkatan
Udah kayak di Game Criminal Case aja |
Persiapan kami
pusatkan di kamar kost ku yang berukuran 3x3 meter. Semua serba sibuk dan
berantakan. Tapi tak apalah, karena ini bagian dari pendakian juga, dan itu
termasuk menjadi cerita. Perlengkapan pendakian kami bagi menjadi dua bagian,
yaitu perlengkapan pribadi dan perlengkapan tim, walapun pada kenyataannya
perlengkapan tim merupakan milik pribadi dan perlengkapan pribadi adalah milik
tim. Untuk logistik makanan kami rencanakan belanja di Malang (Pasar Tumpang)
supaya bawaan di perjalanan tidak berat. Berikut daftar perlengkapan:
- Perlengkapan nge-camp
- Tenda 3 (untuk 10 orang)
- Matras 10
- Tali rafia 1
- Peralatan Navigasi
- Kompas
- Peta
- Jam tangan
- Perlengkapan Jurnalistik Lapangan
- Ballpoin
- Buku kecil
- Meterai 1/tim (untuk perjanjian di birokrasi pendakian)
- Kantong air
- Botol aqua 1,5 l (beli di pasar tumpang)
- Botol minum
- Termos
- Peralatan masak
- Kompor trangia 2
- Nesting 2
- Korek
- Tissue
- Pisau
- Cangkir
- Piring
- Peralatan mandi
- Sabun
- Shampoo
- Sikat gigi
- Handuk kecil
- Perlengkapan tidur
- Sleeping bag
- Kaos kaki
- Kaos tangan
- Balaclava
- Bandana
- Sweeter
- Selimut/ sarung
- Pakaian
- Pakaian tidur
- Baju panas
- Pakaian ganti
- Pakaian kota (utk pulang)
- Perlengkapan tempur
- Slayer
- Topi/ topi rimba
- Sepatu trekking
- Sandal gunung
- Kaos kaki
- sarung tangan
- masker
- Penerangan
- senter
- headlamp
- baterai
- lilin
- Perlengkapan hujan
- Ponco
- Raincoat
- Rain cover (cover bag)
- Perlengkapan P3K
- Kotak P3K (biasanya sepaket jika dibeli di apotek)
- Oxican (oksigen)
- Plester
- Betadine
- Kapas
- Kain kasa
- Minyak kayu putih
- Paracetamol
- Balsam
- Obat demam
- Counterpain
- Tetes mata (insto)
- Dokumentasi
- Kamera (DSLR, Digital, HP)
- Tripod
- Charger
- Power bank
- Tas kamera
- Kantong
- Kantong plastik
- Trash bag (wajib banget, bawa sampahmu turun)
- Survival kit
- Korek gas
- Peniti
- Gunting
- Pisau komando
- Carabiner
- Multitools
- Lain-lain
- Carrier
- Daypack
- Gaiter
- Tissue basah
- Kacamata
- Masker
- Sunblock
- Spidol/ marker
- Whistle (peluit)
- Daftar Logistik untuk 10 orang (tergantung kebutuhan peserta, kebutuhan akan kalori tiap orang)
- Logistik umum
- Beras 2 kg
- Mie instan 24 sarimi isi 2 + Mie sedap 10
- Puding
- Sayuran
- Sop (beli dipasar tumpang paketan)
- Kentang ½ kg
- Makanan Kaleng
- Sarden
- Kornet 1 bks
- Minuman Sachet
- Jahe Keraton 1 lusin (beli dipasar tumpang) berguna banget bro
- Extrajoss 1 ktk
- Nutrisari 1 lsn
- Susu kental coklat + putih indomilk 2 ½ lsn
Itulah
perlengkapan kami untuk 10 orang, tidak lupa juga kami untuk membuat surat
sehat dari dokter. Ini merupakan persyaratan utama dari TNBTS. Saat membuat
surat sehat ini kami sudah merencanakan di Poliklinik UNDIP karena lebih murah
untuk kalangan mahasiswa, tetapi kami tidak memikirkan matang-matang atau
memang kurang informasi kalau oliklinik di UNDIP itu buka dari jam 8-1 siang,
dan akhirnya kami harus mengoceh kantong lagi Rp 25000. Padahal kalau di
poliklinik UNDIP bisa sekitar Rp 7000. Kebiasaan mahasiswa memang mencari yang
lebih murah, tetapi hasilnya nol besar. Hahaha.
Perjalanan
kami dari Semarang kami rencanakan naik Kereta, tetapi karena kurang cepat dan
kurang persiapan, akhirnya kami naik bis yang kenyataan lebih mahal.
Tiket
kereta Semarang – Malang = Rp 65000
Tiket
bis Semarang – Malang = Rp 130000
Kami lupa kalau
ternyata arus mudik menjadi tantangan kami untuk mencari tiket yang lebih
murah, dan lagi-lagi kami harus membeli tiket yang lebih mahal tiket bis
Handoyo hanya karena kurang sigap dan tanggap terhadap situasi.
Keberangkatan
Bis sekitar jam 7 malam. Semua persiapan sudah selesai. Jam 7 kami berada di
terminal Banyumanik menunggu bis. Canda gurau seling tawa dan cakap – cakap
untuk mengakrabkan diri dari perjalanan kami ini ditemani suasana sepi gelap
dan dingin di Halte depan terminal. Jaket Consina milik Yuniar menjadi
penghangat tubuhku yang atletis sekalipun kurus (keuntungan jadi penulis,
sedikit melenceng hahaha :D). Kuperhatikan semua barang bawaan kami ada 8
carier 3 daypack, baru sadar ternyata 11 bawaan dengan 10 orang. Yah, trapapa
toh. Dan yang lebih mengundang perhatian ternyata semua rata-rata Consina punya
seakan-akan pendakian kami disponsori Consina, hmnn andai saja yaaaaa. Tenang
ini bukan promosi, yang jelas cintailah produk – produk Indonesia, hahaha nah
kalau ini memang promosi agar kita penduduk Indonesia tidak kalah saing di Asean EconomicCommunity 2015 (AEC).
Tepat
sekitar jam 19.25 bis Handoyo hitam berhenti tepat di depan kami. Supir dari
bis ini seakan tahu kami akan mendaki, susunan carier 80an liter kami dibuatnya
rapi dan aman di dalam bagasi. Dalam perjalanan menuju Malang, kami bercerita
dan salah seorang teman kami Pebriyanti bercakap – cakap dengan Pak Sopir, dan
ternyata dugaan kami benar, dulunya dia seorang pendaki, dan dia pernah ke
gunung Semeru. Cerita demi cerita dia banyak memberi nasihat – nasihat dan
informasi mengenai pendakian gunung Semeru. Baik itu transportasi ke Ps.
Tumpang dan ke Ranupani.
Hari
kedua
Singkat cerita sesampai di Malang kami diantar sang sopir
ke tempat dimana jalur trayek angkot putih yang menuju Pasar Tumpang. Dan ini
menjadi keuntangan bagi kami berkenalan dan bertemu dengan Pak Sopir tadi.
Turun dari bis Sopir tadi juga langsung mengarahkan pada kami angkot menuju
Pasar Tumpang. Tepat sesuai rencana dan rundown perjalanan kami tiba di Pasar Tumpang
sekitar jam 06.30 pagi. Kami pun langsung bergerak ke space yang lebih luas
salah satu Alfamart untuk tempat beristirahat dan packing ulang. Wajah – wajah
cerah terpancar, sekalipun kurang tidur didalam bis. Dalam kondisi yang dingin
Pasar Tumpang kota Malang kami melihat di arah Tenggara, Mahameru sedang
memata-matai langkah kaki kami sambil mengeluarkan wedhus gombelnya. Kondisi
yang dingin yang sama sekali berbanding terbalik dengan pagi hari di Semarang
yang hangat menimbulkan keraguan pada persiapan dan perlengkapan pribadi kami.
Rata – rata kami hanya membawa 2 jaket berbahan polar yang hangat. Timbul
pertanyaan di kota saja sudah sedingin ini, bagaiman pula disana. Waawww.
istirahat sejenak dengan 2 pendaki dari Perancis |
Disela – sela mulai meningginya sang surya, matahari,
kami bertemu dengan 2 orang pendaki wanita dari Prancis. Kami mengakrabkan diri
dengan mereka. Walaupun aku mundur dalam hal ini karena Bahasa Inggris ku
sangat kurang Hahaha (penyesalan mulai timbul tidak belajar dari kecil).
Setelah banyak berdialog dengan mereka dibantu Diana teman kami dari Jogja yang
bahasa Ingrisnya lebih baik menghasilkan kalau mereka ikut serta dalam tim kami
menuju ke Ranupani. Dalam hal ini terjadi Simbiosis
mutualisme (dua makhluk hidup yang saling menguntungkan menurut ilmu
biologi) karena biaya ke Ranupani yang berkisar Rp 550.000 terpangkas sedikit..
Tanpa pikir panjang lagi kami langsung mulai belanja
logistik di Alfamart. Terkejut dengan hangatnya didalam Alfamart daripada di
luar yang lebih dingin menjadi bukti temperatur dibawah 20°.
Belanja Logistik makanan |
Udah kayak disponsori Aqua |
dancow? hahaha - Yogi - Andri |
Singkat cerita kami ditengah-tengah belanja logistik baik
di minimarket maupun di Pasar tumpang kami sekalian bertanya dan mencari informasi
mengenai transportasi ke Ranupani. Dan
ternyata kemungkinan peraturan baru Jeep tidak meladeni pendaki lagi dari Pasar
Tumpang. Kondisi ini mungkin untuk lebih tertib dan berbagi pendapatan dengan
angkot – angkot trayek Pasar Tumpang. Kami langsung mencari angkot menuju Rest
Area Jeep sekitar 3 km menuju Ranupani. Dari Rest Area ini kami menunggu Jeep
yang sudah kami pesan di Pasar Tumpang yang berada di belakang Alfamart dengan
harga Rp 550.000.
Sempat-sempatnya berfoto, orang pada sibuk turunin barang |
Tiba di Rest Area |
Di Rest Area ternyata mempunyai birokrasi dan kami pun
registrasi pendakian. Registrasi ini segala perlengkapan dicatat untuk
dianalisis di Basecamp apakah perbekalan cukup atau tidak untuk jumlah hari
yang digunakan.
Bersiap Naik Jeep - Swandi |
Bersiap untuk sempit-sempitan, Jeep terbuka dengan isi 12 orang |
Berfoto dulu sebelum berangkat ke Ranu Pani |
Terlihat Gunung Kawi dan Gunung Arjuna |
Berfoto lagi taraaaaaaa |
Dari Rest Area ini tepat jam 10.15 kami memulai
perjalanan menuju Desa Ranupani yang juga Basecamp pendakian Gunung Semeru.
Perjalanan di Jeep ini juga sangat mengasyikkan dan menampilkan bentang alam
yang begitu indah. Lembah dan bukit yang mengisi Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru ini menjadi suatu tambahan catatan perjalanan kami. Hamparan pasir
Segara Wedi, gunung Bromo, Sabana dan perkebunan daun prei, kentang dan tebu
memanjakan mata kami yang telah lama jenuh dengan kondisi kota yang super
sibuk, kotor dan penuh dengan polusi.
Jam 12.00 Kami tiba di Desa Ranupani Basecamp TNBTS.
Jalan menuju Ranupani, terlihat asri dan menyejukkan |
Perkebunan Bawang Prei, dan Kentang |
Terlihat hamparan pasir dan sabana menuju ke pegunungan Bromo |
Sabana - sabana, |
Di Basecamp TNBTS ini kami bertemu dengan Pak Ingot,
pengurus TNBTS. Saya memanggilnya Uda (adek laki-laki ayah ) karena pak Ingot
ini orang Batak marga Sinambela pahompu ni Sisingamangaraja hahaha, panggilan
ini merupakan partuturan (adalah cara suku Batak menentukan perkerabatan atau keteraturan yang merupakan bagian dari hubungan keluarga dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam acara adat) tidak
mungkin dijelaskan disini, karena akan sangat panjang tidak cukup 10 lembar :D,
lebayyy.
Di Basecamp perlengkapan akan di cek sedeteil mungkin
berapa Beras, indomie, minuman dkk yang dibawa, apakah mencukupi atau tidak.
Pak Ingot disini sambil memberi ceramah disertai pemeriksaan perlengkapan
mengakrabkan diri dengan kami, bercerita pengalaman yang telah di laluinya. Pak
Ingot bilang kalau naik Semeru itu cukup satu hal yang penting, JANGAN SOMBONG.
Teringat dengan kata-kat bijak dari Sir
Edmund Hillary ,”It is not the mountain we concuer, but ourselves” Mendaki
bukan untuk menaklukkan gunung tersebut, melainkan untuk menaklukkan diri
sendiri. Nasihat itu selalu saya ingat dan kembali diingatkan Pak Ingot, dan
itu kami bawa ke pendakian 3 hari kami.
Pendakian
Gunung
Bromo – Tengger – Semeru dengan ketinggian (tertinggi) 3676 mdpl, terletak di
Kabupaten probolinggo, Kabupaten pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten
Lumajang; Provinsi Jawa Timur. Gunung – gunung tersebut merupakan Kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang berada di dataran tinggi Pengungan
Tengger dan Pegunungan Jambangan. Ada beberapa Danau di kaki gunung Semeru,
antara lain Ranu Pane (4 Ha), Ranu Regulo (0,75 Ha), Ranu Kumbolo (14 Ha), Ranu
Darungan (0,5 Ha).
Kawasan TNBTS dahulunya merupakan satu gunung besar,
yaitu gunung Tengger yang mempunyai dua buah puncak, yaitu puncak Tengger dan
puncak Meru. Kata Tengger berasal dari kata Rara Tengger dan Jaka Seger. Puncak
Tengger semula lebih tinggi dari puncak Meru. Namun setelah mengalami letusan
Vulkanik berkali-kali sehingga terbentuk kawah yang lebar, akhirnya bibir kawah
Tengger lebih rendah daripada Puncak Meru.
Jalur pendakian untuk menuju puncak Semeru, antara lain
Jalur Ranu Pane (jalur resmi), Jalur Ayek-ayek, dan Jalur Watu Pecah.
Kami memilih pendakian melalui jalur Ranu Pane. Ranu Pane
merupakan nama desa (Desa Ranu Pane) juga nama danau (danau Ranu Pane). Ranu
berarti danau. Ranu Pane berada di ketinggian 2200 mdpl dengan luas 4 Ha, serta
dibalik bukit terdapat Ranu Regulo.
- Polin - Memulai pendakian ke Gapura Entry Point TNBTS |
Pendakian kami awali dengan doa. Perjalanan ini kami
mulai sekitar jam 13.00. Matahari masih berada diatas kepala memancarkan
sinarnya yang kemilau menjadikan perjalana kami terasa cepat lelah. Pendakian
dari Basecamp ini akan membuktikan seberapa besar kemampuan kita dalam membawa
carier, nah, panjang jalur ini sampai ke Ranu Kumbolo berjarak 10,5 km dan
tentu saja harus memperhatikan penyusunan isi carier untuk mendapatkan
kenyamanan selama berjalan sepanjang jarak itu.
Perjalanan menuju Ranu Kumbolo akan diawali dengan
melalui Entri point to Watu Rejeng Trek (Gapura TNBTS). Perjalanan ini akan
melalui sebanyak 4 pos. Mdan yang akan dilalui relatif landai, serta banyak
terowongan semak, ini ditandai dengan carier yang saya bawa selalu sangkut
karena penyusunan carier yang terlalu tinggi. Dari Pos 1 menuju Pos 2 di kiri
dan kanan akan kita jumpai Bunga Paitan (Tithonia
diversifolia) berbunga besar berwana kuning dan
berdaun pahit jika dirasa. Dari Pos 2 menuju Pos 3 yang berjarak agak jauh akan
terasa melelahkan karena trek yang naik turun. Tetapi mata kita akan dimajakan
dengan pemandangan Kabupaten Lumajang dan desa Ranupani yang kadang tidak
tampak tertutup selimut awan. Menuju Pos 3 kita juga akan melalui Jembatan. Di
Pos 3 terdapat Shelter.
- Polin & Andri - beberapa langkah udah kelelahan dan ngantuk ckckck |
Menuju ke Pos 4, tanjakan terjal |
- Yuniar, Pebri, Diana - Kondisi lapar, haus, dan lelah makan roti + selai susu indomilk :D |
- Andri, David - melahap roti Sharoon :D |
Bagaikan lautan, eh memang lautan tetapi lautan awan, Desa Ranupani tertutup, dari ketinggian sekitar 2400 mdpl |
Dari
Pos 3 menuju Pos 4 akan diawali dengan trek menanjak. Sekalpun Perjalanan sudah
sangat melelahkan namun semua itu tidak akan terasa karena harapan kecil dengan
penampakan Ranu Kumbolo dari ketinggian sekitar 2400 mdpl. Perjalanan ini akan
memakan waktu sekitar 45 menit. Dari Pos 4 menuju camp area di pinggiran Ranu
Kumbolo terdapat pertemuan Jalur Ranu Pane dengan Jalur Ayek-ayek.
Sampailah
kami pada Camp Area Di Ranu Kumbolo sekitar jam 18.00, tepat berada di depan
Tanjakan Cinta. Di Camp Area ini terdapat Pondok Pendaki (70 m2) dan
MCK yang begitu besar yang bisa digunakan untuk istirahat. Namun Pendaki sering
mendirikan tenda sendiri. Mungkin alasannya karena lebih nyaman dan menikmati
keindahan tidur di tenda. Istilahnya kalau tidur di shelter sama saja seperti
di rumah, tidak ada lagi perasaan menyatu dengan alam :D. Kami mendirikan tenda
saling berhadapan dan tenda yang kecil menghadap ke sisi Ranu Kumbolo. Ini kami
maksud untuk memudahkan interaksi satu sama lain dan memudahkan dalam sesi
masak-memasak. Sekitar 30 meter dari Pondok Pendaki terdapat batu Prasasti Ranu Kumbolo peninggalan
kerajaan Majapahit dengan tulisan Jawa Kuno, yang menceritakan perjalnan Mpu
Kameswara untuk mencapai kesucian dan kesempurnaan hati.
Selesai mendirikan tenda tidak sabar lagi
untuk masak karena kondisi tubuh yang lapar. Dan juga mengingat perjalanan yang
belum selesai esok hari menuju Kalimati. Tak segan-segan lagi Mie Instan Goreng
langsung kami eksekusi. Sebagian memasak minuman jahe. Sekitar jam 8 malam ada
sebagian yang tertidur. David yang sudah kedinginan saat perjalan tidak sempat
makan indomie goreng buatn Yosevel (iyok). Irvan (Ipang) menyempatkan
kesempatan itu dengan mmakan sepuasnya teapi secukupnya. Tak mau kalah Yuniar
juga ikut menikmati Indomie goreng yang ditemani langit malam bertaburan
bintang. Di tenda sebelah, Swandi (bud), Yogi, dan Andri tidak mau kalah dengan
David cepat-cepat tidur dengan berselimutkan sleeping bag. Sempat saya mengajak
untuk bermain poker. Tetapi ketiganya
sudah keburu tidur, bahkan indomie yang saya masak uga tidak sempat dimakan.
Hanya Yogi lah ang sempat memakannya dengan kondisi sambil tertidur. awesome.
Pebri dan Yuniar juga ikut menikmati Indomie goreng sekalipun tidak terlalu
oishi (lezat) dibandingkan dengan jika measak di rumah di dapur.
Untuk
memaksimalkan waktu isirahat, kami bersiap-siap untuk tidur. Namun tidak lupa
kami untuk menikmati alam, menkmati taburan bintang di langit malam yang gelap
dengan konsisi yangbegitu cerah tanpa polusi awan. Sempat saya berdebat dengan
Pebri tentang bintang yang bergerak yang saya lihat dengan Yuniar, itu meteor
atau satelit. Tetapi itu hanya sesaat karena untuk membuktikanya mungin butuh 3
sks dan itupun belum tentu nilai B hahaha. Jam 9 malam, oke saatnya tidur.
Tidak lupa juga kusampaikan kepada pendaki wanita kalau ada apa-apa langsung
bangunin. Dan ternyata benar sekitar jam 22.30 Yuniar membangunkan ku, ternyata
di tenda mereka sangat dingin, Diana kedinginan. Kusarankan untuk memakai jaket
lagi. Kuberikan 2 buah jaket yang tidak digunakan Swandi. Sleeping bag juga
karena ada yang berlebih. Yang saya khawatirkan ialah kondisi Hypotermia dimana menurunnya suhu tubuh
secara drastis. Kuperhatikan tenda mereka yang singel layer, kemudian
kutambahkan Mantel 2 buah untuk mengurangi terjangan angin. Kemudian
kulanjutkan tidur dengan perasaan nyaman. :D
Hari ketiga
Terbangun
dari tidur dengan kondisi dingin pagi hari di dalam tenda, cepat-cepat kami tak
menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati Sunrise Ranu Kumbolo. Sebagaian
memasak Roti panggang Sebagaian lagi memasuk untuk minum susu. Jam 7 pendaki
lain mulai sibuk dan meramai sekalipun pendaki tidak banyak anya berkisar 30
orang, karena pada saat bulan Ramadhan, bulan puasa. Jam 7 kami mulai
mengeksplor sekitaran Ranu Kumbolo dan berfoto ria. Jam 9 kami siap-siap untuk
melanjutkan pendakian. Jam 10.00 kami mulai berangkat. Sambil bercakap-cakap di
tanjakan cinta ada sebagian yang menolak mitos. Menurut mitos “jika berhasil
melaui tanjakan tanpa beristirahat sedikitpun maka perjalanan cintanya akan
lancar. Nah, itu tergantung seseorang bagaimana dia mempercayai sesuatu. Haaha.
- Swandi - Mengambil air di Ranu Kumbolo, di pagi hari pada saat sunrise |
- Polin, Pebri, Irvan - Menikmati dinginnya Ranu Kumbolo sembari menunggu percikan sunrise |
- Yuniar - Mencoba untuk membuat roti bakar |
Ngeksplor keindahan Ranu Kumbolo |
- Pebri - Yuniar - |
nah, Anda berada di Ranu Kumbolo ketinggian 2400 mdpl |
- David - Berjemur di hangatnya sentuhan Sunrise Ranu Kumbolo |
menjadi model duluuu |
- Diana - |
- Yuniar, Andri - berpose |
Bermain kereta apian atau kusut-mengkusut? efek hangatnya cumbuan mentari pagi Ranu Kumbolo |
Pendaki lain yang mulai bersiap menuju Kalimati |
Packing |
Tanjakan Cinta disapa langit biru nan cerah |
Menolak mitos hahaha |
- Polin & Swandi - Menolak mitos |
Menolak mitos versi kedua (berhenti di tengah perjalanan tanjakan cinta) |
Dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati bisa ditempuh sekitar 4
jam sepanjang 7,5 Km. Dari Ranu Kumbolo menuju puncak Tanjakan Cinta
membutuhkan waktu 15 menit. Dari tanjakan cinta ini menuju Oro-oro Ombo akan
terlihat Pemandangan Sabana yang sangat luas berkisar 100 Ha yang berada di
sebuah lembah yang dikelilngi bukit-bukit gundul.
- Swandi - Yogi - Andri - Yuniar - Bersiap turun ke Oro-oro Ombo |
Tingginya tanaman Lavender, tapi sayang udah mulai kering |
Saya dan Andri |
Oro-oro Ombo |
Saya & Yuniar |
Perjalanan menuju Oro-oro Ombo ada dua jalur, yaitu:
1.
Jalur kiri, memutar melipir disebuah
pegungan sisi kiri
2.
Jalur lurus, potong kompas memasuki
sabana
Waktu
tempuh kedua jalur relatif sama. Dari jalur lurus melalui tanaman Lavender yang
begitu luas dengan tinggi bisa mencapai 2 meter. Perjalanan dari Oro-oro Ombo
menuju kawasan hutan Cemoro Kandang dapat ditempuh selama 45 menit, melalui
padang rumput, hutan cemara, paku-pakuan.Kawasan Hutan Cemoro Kandang termasuk
gugusan Kepolo (3095 mdpl). Dari Pos Cemoro Kandang menuju Pos jambangan akan
melalui trek yang menanjak dan sekali-sekali menurun. Dari pos Jambangan menuju
Pos Kalimati akan menmpuh waktu sekitar 1 jam, melaui padang rumput, edelweis,
dan sesampainya di Kalimati akan terdapat Pondok Pendaki, MCK, dan sungai
kering. Jika krits air kita bisa menuju Sumber Mani, dan dapat ditempuh 1 km selama 25 menit, dengan menyusuri sungai
kering sampai dipertemuan dua sungai.
Anda berada di Cemoro Kandang |
Istirahat sejenak di Pos Cemoro Kandang |
Sabana yang sangat luas |
Hutan Cemoro Kandang menuju ke Kalimati |
Hutan Cemoro Kandang |
Beristirahat sejanak setelah ditinggal jauh hahahaha |
Istirahat kedua - dengan trek yang menanjak |
Di
Kalimati kami sampai sekitar jam 14.00. Disini kami mendirikan tenda, dan
Swandi, Yogi, Irvan, Pebri berangkat ke Sumber Mani karena kami memang membawa
air dari Ranu Kumbolo secukupnya untuk mengurangi beban. Di Kondisi siang dan
panas kami sempatkan untuk bermain Poker ditengah-tengah asyiknya bermain,
Swandi dkk datang membawa air dan juga arbei yang mereka dapat diperjalanan.
Kami langsung memasak. Pebri, Diana, Yuniar, dan Iyok memasak nasi, sop,
kentang, dan sarden. Disini kami sengaja memasak makananbesar berenergi untuk
memulihkan tenaga dan menambah tenaga saat besok pagi muncak ke Mahameru.
Swandi Menyempatkan mengeringkan kaos setelah berkeringat |
Sabana Kalimati |
Siap ngecamp - Kalimati |
Menghangatkan tubuh di kondisi Kalimati yang sangat dingin bisa mencapai -20 derajat |
Hangatnya didalam tenda (ipang/ irvan) |
Hari
mulai sore, kondisi semakin dingin di Kalimati di ketinggian 2700 mdpl. Sebelum
menyantap makanan, Saya, Swandi, David, Andri pergi mencari kayu bakar
untuk menghangatkan tubuh. Disini terlihatlah kami menadi seorang survival yang
mencari kayu bakar sampai ke lembah-lembah, dan Swandi yang hobbi memanjat,
melaksanakan tugas dengan mengambil ranting-ranting pohon yang masih tergantung
namun sudah kering. Kami kembali dan setelah kami makan sekitar jam 18.00 kami
mulai membuat api unggun kecil untuk menghangatkan tubuh. Sejam kami untuk di
depan api. Dan kemudian tidur. Sebelum tidur say mempersiapkan bekal untuk
muncak. Karena jangan sekali-kali muncak ke Mahameru dengan tidak membawa
apa-apa, apalagi sok jagoan hanya membawa kamera. Karena pendakian dari Kalimati
menuju Puncak Mahameru membutuhkan waktu sekitar 6 jam dengan trek yang sanat
terjal, berpasir, dan sangat dingin. Disini saya mempersiapkan 3 daypack, dan 1
carrier. Jam 23.00 kami berencana mulai munca. Kemudian kami istirahat sejenak
dengan mengatur alarm sekitar jam 22.45.
Alarm
berbunyi selama snoozing 30 menit
tetap saja tidak ada yang terbangun. Barulah bangun setelah teman pendaki yang
ingi muncak juga membangunkan kami. Kami langsung bergegas dan mulai
mempersiapkan semuanya. Kami membawa Jahe hangat didalam 3 termos, roti 3
bungkus, susu 12 sachet, P3K, dan minuman.
Kami
muncak sekitar jam 00.00 dimulai dari Kalimati menuju Arcopodo dapat ditempuh
selama 1,5 jam, melalui hutan cemara dan edelweiss. Dari Batas Vegetasi (Cemoro
Tunggal) menuju Mahameru membutuhkan waktu sekitar 4 jam, melalu tanjakan berpasir.
Saya
dan Andri sampai duluan di Mahameru sekitar jam 06.45 sambil menikmati Sunrise.
Perasaan kami senang karena bisa sampai. Namun belum puas dan sangat bahagia
karena kami belum semua sampai. 15 menit kemudia sisusul Pebri, kemudian David,
dan Iyok, Kemudian Yogi, Yuniar, Diana, Irvan dan Swandi.
Tidak
mau berlama-lama kami mulai mengabadikan keindahan Tuhan ini di atap jawa
Puncak Mahameru dengan berfoto sepuasnya. Dengan tidak berlama-lama di Puncak
kami segera kembali turun, karena dipuncak tidak boleh berlama-lama karena
hembusan angin di pagi hari sebelum jam 8 bergerak ke arah Lumajang atau kearah
selatan. Namun diatas jam 9 angin mulai bergerak ke arah utara dan barat yang
merupakan puncak Mahameru. Ini sangat berbahaya mengingat Gunung Semeru
tergolong Gunung yang masih aktif dan tiap 20 menit selalu ada letusan vulkanik
dari kawah Jonggring Seloka. Dan ini berbahaya karean bisa keracunan gas
beracun.
Polin & Pebri Di bibir Jonggring Soloko (Kawah Semeru) |
Seperti jalan menuju langit, Puncak Mahameru |
Tiba-tiba menderu keras Wedhus Gembel |
Pebri Terlihat pegunungan Bromo di depan |
Langit biru menjadi bukti kehangatan Mahameru menemani pendakian muncak kami |
Dari Kejauhan terlihat Swandi, Diana dan Ipang |
Dari Kejauhan terlihat Swandi, Diana dan Ipang |
Diana, sangat bahagia hehehe |
Ipang dengan bahagianya mencium bendera Merah Putih |
Swandi menikmati keindahan bentang pantai Selatan |
Selfie 1 |
Selfie 2 |
Swandi & Polin Bersiap untuk turun |
Puncak Mahameru |
Andri dan Irvan |
Begitu terjalnya, naik 5 jam, turun 20 menit, terlalu adil :D |
Jika
cuaca cerah tampak hamparan pemandangan luas, yaitu sisi utara tampak
pegunungan Tengger dan Gunung Kepolo; sisi Timur tampak Pegunungan Hyang
(Argopuro); sisi Selatan tampak pantai Selatan; sisi barat tampak kota Malang.
Dari Mahameru menuju Cemoro Tunggal bisa ditempuh selama
20 menit. Dari Cemoro tunggal ke Kalimati selama 30 menit. Kami Sampai di
Kalimati Jam 12.00. Sesampai di Kalimati, kami istirahat sejenak dan memasak.
Kemudian kami melanjutkan perjalanan sekitar jam 3 ke Ranu kumbolo. Jam 17.00
kami sampai di Ranu Kumbolo dan istirahat sejanak. Jam 18.00 hari mulai gelap
dan kami bertemu dengan seorang Porter, pak Samsul. Dan Pak Samsul menyarankan
untuk ikut dia, melalui jalur Ayek-ayek. Karena kata Pak samsul jika melalui
jalur resmi Watu Rejeng akan sangat lama dengan waktu tempuh 7 jam dengan
melalui hutan dan jalan yang menanjak dan turun.
Kami menyetujui dan mengikuti Pak Samsul tersebut. Namun
kecepatan dari pak Samsul ini tidak dapt kami imbangi, padahal dia masih
berjalan. Ini membuat kami menjadi terbagi 3 bagian. 2 orang David dan Andri
berada dekat dengan Pak Samsulnya, kemudian saya, Iyok, dan Pebri dan bagian
ketiga Yuniar, Diana, Yogi, Irfan, Swandi yang berada paling belakang. Ini
sangat berbahaya dan rentan tersesat ditengah hutan yang lebat yangbelum pernah
kami lalui.
Kondisi penerang kami juga yang mulai berkurang
menjadikan perasaan was-was nkami mulai meningkat. Gelap, Lebat, dan dingin
menjadi lawan kami. Banyak kejadian unik dari perjalanan turun ini. Namun
biarlah itu menjadi cerita kami yang tidak pelu diceritakan. Hehehe :D. Sampai
di puncak Gunung Ayek-ayek (2819 mdpl) walapun tidak tepat di puncak, kami
beristirahat dan menunggu tim ketiga yang beada dibelakang kami. Di Puncak ini
di jalur ayek-ayek Desa Ranu Pani akan terlihat. Menuju Ranupani dengan kondisi
yang turun terus tanpa tanjakan, berpasir dan berhutan lebat memungkinkan
tersesat. Karena banyak ditemui jalan-jalan yang mirip trek pulang. Panjang
jalur dari puncak ini sampai ke desa Ranupani (perkebunan warga desa) sekitar 7
km.
Jam 19.30, David dan Andri sudah sampai di Basecamp dengan
banyak pengalaman unik dan menarik yang dilalui. Saya, Iyok, Pebri, dan Yuniar
sampai di Basecamp jam 21.00. Di perkebunan rentan juga tersesat karena
banyaknya persimpang menuju kedesa, menuju ke perkebunan, dan menuju ke desa
lain dekat Ranupani. Disini kami sempat bingung menentukan arah mana.
Tim dari Swandi juga kebingungan di perkebunan ini,
meraka jadinya melalui desa sebelah Ranupani dan untuk sampai ke Basecamp harus
memutari desa dan membutuhkan waktu se jam lagi.
Jam 23.00 kami semua sudah berada di Basecamp dan lanjut
istirahat yang sebagian taman dengan kondisi kaki yang keseleo. Pengalaman yang
kami lalui sepanjang perjalanan dari jalur Ayek-ayek tidak kami ceritakan ke
satu sama lain. Barulah esok paginya sarapan pagi kami menceritakan apa yang
terjadi. Hmn, pengalaman yang sangat menarik dengan rasa syukur juga bisa
melalui jalur Ayek-ayek menambah pengalaman bisa lewat dari sana. Jalur
ayek-ayek ini merupakan jalur yang tidak resmi. Ntahlah, paa sebenarnya alasan
dari penutupan jalur tersebut.
Hari keempat
Bangun
Pagi kami langsung bergegas memesan sarapan dan memesan Jeep dibantu pak Ingot.
Tepat sekitar jam 11.30 kami berangkat pulang menuju Pasar Tumpang. Dari Pasar
Tumpang kami menuju Stasiun Malang. Eh, ternyata tiket menuju Semarang habis,
dan kami mengambil keputusan untuk transportasi travel dengan harga Rp 130.000
jam 7 malam.
Jam 7 pagi kami sampai di Semarang dengan keadaan sehat. Tak lupa kami berdoa
dan bersyukur bisa membawa pengalaman yang tidak bisa dilapakan yang nantinya
bisa kami ceritakan ke anak cucu kami masing-masing.
Demikianlah Pendakian Gunung Semeru kami yang tak
Disangka-sangka.??????????????? hahaha
Jadilah Pendaki yang baik, dengan selalu berdoa dan
bersyukur dengan tujuan dan niat mendaki yang baik, maka segala sesuatu akan
berjalan dengan baik.
Dan jadilah pendaki yang mempunyai tujuan pulang ke rumah, bukan tujuan ke pucak.
Trima kasih Semeru,
Terima kasih Mahameru
Terima kasih Tuhan, terima kasih alam, dan terima kasih dapur umum
Terima kasih Tuhan, terima kasih alam, dan terima kasih dapur umum
Salam Lestari
Backpackeran - Kota Malang |
Perhatian
·
Sebaiknya Summit-attack dari Kalimati maupun dari Arcopodo pada Subuh, Pukul
00.00 atau 01.00, sehingga dapat puas menikmati hamparan pemandangan.
·
Sebaiknya turun dari puncak sebelum jam
09.00 siang, untuk menghindari bahaya gas beracun.
·
Bulan Desember merupakan cuaca terburuk,
dan seringkali pendaki Semeru ditutup.
Rute Perjalanan
No
|
Rute
|
Keterangan
|
Waktu Tempuh
|
1
|
Malang
– Ps. Tumpang
|
Angkot
|
30
menit
|
2
|
Ps.
Tumpang – Rest Area
|
Angkot
|
30
menit
|
3
|
Rest
Area - Ranupane
|
Jeep/
Truk
|
1
jam 45 menit
|
4
|
Ranu
Pane – Watu Rejeng
|
Trekking
|
3
jam
|
5
|
Watu
Rejeng – Ranu Kumbolo
|
2
Jam
|
|
6
|
Ranu
Kumbolo – Puncak Tanjakan Cinta
|
Trekking
|
10
menit
|
7
|
Puncak
Tanjakan Cinta – Oro-oro Ombo
|
Trekking
|
5
menit
|
8
|
Oro-oro
Ombo – Kawasan Hutan Cemoro Kandang
|
Trekking
|
45
menit
|
9
|
Kawasan
Hutan Cemoro Kandang – Sabana jambangan
|
Trekking
|
1
jam 20 menit
|
10
|
Sabana
Jambangan - Kalimati
|
Menanjak
|
1
jam
|
11a
|
Kalimati
– Sumber Mani
|
Menanjak
|
40
menit
|
11b
|
Kalimati
- Arcopodo
|
Summit Attack
|
1
jam 20 menit
|
12
|
Arcopodo
– Khelik (jalur putus/ memoriam)
|
Summit Attack
|
30
menit
|
Khelik
– Cemoro Tunggal (Pelawangan)
|
Summit Attack
|
1
jam
|
|
Cemoro
Tunggal – Mahameru
|
Summit Attack
|
3
jam
|
|
Total:
Ranu Pane - Mahameru
|
14
jam 20 menit
|