Terbesit
kegusaran hati dan pikiran memandang kalender Juni yang padat dengan aktivitas
perkuliahan. Ditambah lagi dengan UAS yang sudah di depan mata, seakan-akan peperangan
melawan Suku Barbar akan dimulai. Tepat di minggu tenang seminggu sebelum UAS,
rencana untuk mendaki terproses di Serebellum
(otak kecil) *nah ini mulai sok-sok anak biologi atau anak kedokteran yang
belajar sistem saraf. Senin pagi 23 Juni 2014, bangun dari tidur langsung
mengajak Swandi untuk nanjak ke Merapi, sama-sama mahasiswa Geodesi yang
menyukai pendakian gunung langsung mengiyakan untuk berangkat sorenya.
|
Gunung Merapi melontarkan material vulkanik terlihat dari Klaten, Indonesia, Selasa, 4 Nov 2010. (AP Photo/Irwin Fedriansyah) |
|
Gambar diambil dari Desa Balerante di Klaten memperlihatkan Merapi mengeluarkan awan panas pada 1 November 2010. (ADEK BERRY/AFP/Getty Images) |
Oke. Langsung
aja gan. Sebelum berangkat segala persiapan dilaksanakan termasuk informasi
tentang gunung yang akan didaki, hal ini merupakan hal paling wajib dan menjadi
list teratas dalam setiap persiapan pendakianku. Langsung search di mbah Google
Gunung Merapi, Kondisi Gunung Merapi, dan berbagai kata kunci lainnya. Ternyata
setelah baca-baca artikel tentang Gunung Merapi barulah saya tahu ternyata
Gunung merapi termasuk gunung paling ganas di dunia, dan menjadi gunung
terganas di Indonesia. Ganas disini bukan dengan artian ibarat Singa kelaparan
yang ganas untuk menerkam dan memakan korban. Seakan-akan saya sendiri takut
untuk membaca ini karena teringat dengan serial kolosal ”Misteri Gunung Merapi”
yang sama sekali tidak menceritakan gunung Merapi itu sendiri malah
menceritakan Mak Lampir hehhehe. Tetapi ganas maksud saya disini dalam segi
ilmu Geologi, Gunung Merapi termasuk gunung paling aktif dan berbahaya. Gunung
Merapi berbahaya karena pada daerah puncak Merapi ini vegetasi sama sekali
tidak tumbuh, ini disebabkan karena aktivitas yang tinggi. Merapi ini mempunyai
ciri khas letusan Merapi. Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga
menyumbat mulut kawah. Akibatnya,
tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat sehingga sumbatan terangkat
pecah-pecah. Sumbatan yang pecah-pecah
terdorong ke atas yang akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni lereng gunung sebagai
ladu atau gloedlawine. Selain itu,
terjadi pula awan panas atau gloedwolk atau sering disebut wedhus gembel. Tipe letusan
merapi sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.
|
Rute perjalanan kami menggunakan motor, menurut googlemaps segitu :D |
Oke. Lupakan
sejenak ilmu Geologi dkk. Setelah persiapan pendakian, tak disangka 2 orang teman
sekostan pengen ikut juga. Jadinya makin rame berempat, daripada berdua,
ngeduet di Merapi, terasa sepi-sepi, dibanding berempat. :D. Dan lagi-lagi kami
persiapan ulang dengan menambah logistik.
|
Istirahat sejenak di Indomaret sambil menambah Logistik perbekalan |
Tepat
jam 18.40 kami mulai bergerak menuju Basecamp New Selo dari Tembalang, Semarang
menuju Selo, Boyolali. Perkiraan perjalanan kami sekitar 3 jam dengan
menggunakan motor. Dan nyatanya kami sampai di Bascamp Selo sekitar jam 11
dikarenakan mampir makan mengisi perut yang tidak sempat makan sorenya, kami
memilih Warung Tegal (mahal cuy Rp 18000, opor ayam). Sesampai di Selo kami
langsung registrasi dan istirahat sejenak sambil mempersiapkan pendakian. Kami
memang tidak istirahat dulu, karena kalau kami istirahat berati pendakian kami
harus 2hari 1 malam, ini dikarenakan kami masih harus kuliah Rabunya (dan
ternyata salah seorang dari kami Rabunya Ujian Proyeksi Peta, matakuliah pemahaman
proyeksi dan transformasi antar sistem proyeksi peta).
PENDAKIAN
|
Peta Pendakian Gunung Merapi |
Sekitar
jam 12 kami langsung mulai beranjak melangkahkan kaki dikegelapan malam
bercahayakan bintang dan sejuknya udara malam Merapi. Ada perasaan takut untuk
mendaki Gunung yang satu ini. Tetapi kukuatkan dalam hati bahwa Tuhan selalu
bersama pendaki. Tak lupa kami untuk berdoa kepadaNya, tak lupa juga selalu
kuucapkan setiap pendakianku, bahwasanya saya mendaki sebagai cara untuk
mensyukuri mahakaryaNya yang mengagungkan dan sebagai koreksi diri bahwa saya
sebenarnya belum apa-apa.
Inilah
suatu filosofi dari sebuah pendakian, terkadang kita dalam kehidupan
sehari-hari kita menyombongkan sesuatu yang belum apa-apanya dibandingkan
dengan suatu gunung yang megah dan gagah, padahal kita, dalam keseharian kita
yang penuh dengan keegoisan, yang tidak memikirkan bagaimana nantinya
kedepannya, hari-hari setelah masa-masa kita, hari0hari dimana-mana nantinya
hari-hari untuk anak-anak dan cucu-cucu kita yang tidak bisa menikmati gambaran
dan mahakaryaNya yang begitu indah hanya karena perbuatan kita yang egois, yang
hal sepele kita tidak pikirkan, seperti membuang sampah. Sungguh, membebaniku,
seakan-akan saya menuliskan ini saya adalah mahkluk yang sempurna yang tidak
melakukan kesalahan yang sama.
Merapi,
inilah Merapi kata seorang dari kami sebelum beranjak. Dari awal Basecamp sampai
menuju puncak sama sekali tidak ada trek mendatar apalagi menurun. Kalaupun ada
bisa dihitung dengan satu tangan yang berisi lima jari. Terbukti baru 20 meter
trek yang kami jalani sudah langsung ngos-ngosan padahal masih di Joglo New
Selo. Hahaha
Kami beristirahat
sejenak sekitar 5 menit. Kami mulai lagi dan sekitar 20 meter berhenti dan
istirahat. Kami tidak mau memaksakan diri. Setelah sekitar sejam pendakian
sekitar pukul 1 kami sampai di Shelter 1. Kami beristirahat sejenak dan mulai
minum dengan racikan Nutrisari. Kami minum dan sambil mendengar musik dari HP
Cross.
Istirahat
sejenak kami mulai melihat pendaki yang lain yang tidak istirahat alias
melanjutkan pendakian. Melihat mereka yang begitu semangat tanpa lelah kami
juga mulai melanjutkan, dan kali ini trek yang kami lalui mulai ada peningkatan
tidak seperti awalnya yang hanya 20 meteran. Pendakian kami terus berlanjut
sampai pada Shelter 3 bertemu dengan pendaki lain yang sedang asyik bermain
kartu remi. Kami tidak istirahat lagi. Disela-sela pendakian kami berencana
tancap gas untuk bisa mencapai Pasar Bubrah sebelum fajar menyingsing dengan
sunrise goldnya yang mungkin bisa kami nikmati. Dengan semangat dan rencana itu
kami hanya sebentar-sebentar istirahat walaupun sebenarnya disele-sea istirah
bisa sampai ketiduran 5 menit karena kecapaian. Melihat yang kelelahan dan
jadinya ketiduran itu kami berencana lagi untuk lebih mempercepat langkah dan
sampai dipasar bubrah dan bisa tidur sejenak.
Dari
langkah pertama sama sekali tidak ada bonus mendatar sama sekali, menjadikan
kami seakan-akan menyerah dan mulai bersungut-sungut, sampai salah seorang dari
kami Masro, mengatakan “sarupa do niang na huhilalaon dohot na nihilali muna i”(sama
gak yang kurasakan ini engan yang kalian rasakan?) dalam bahasa batak. Saya
sebenarnya enggan untuk menjawab, yang ada dalam benak dan ingin ucapkan kata “tidak
dan masih semangat” dengan maksud supaya tidak menyusutkan semangat teman-teman
yang lain hanya karena keluhan kita. Terpikir juga olehku, Pendakian Merapi ni
sungguh menguras tenaga dan pendakian paling melelahkan dari pendakian yang
pernah kulalui.
Sampailah
kami di Pos 1 dengan sejenak istirahat dan langsung melanjutkan operjalanan
karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 lewat.
Sesampai
di Pos 2 hati mulai lega sekalipun tenaga dan kaki sudah mulai tidak bisa
diharapkan lagi. Satu harapan mungkin terjerat tanpa tujuan. Namun mengingat
Inforasi yang saya baca sebelumnya dari Pos 2 ke Pasar bubrah tinggal sekitar 1
jam lebih. Semangat kami tiba-tiba bergejolak untuk sampai di Pasar Bubrah
ditambah lagi dengan lampu-lampu rumah penduduk di kaki gunung yang berpadu
dengan bintang-bintang dilangit. Namun, sayang kami tidak punya kamera DSLR
untuk mengabadikan sepercik cahaya abadi itu.
Selangkah
demi selangkah dan menuju Pasar bubrah kembali kami merasakan stamina yang amat
lelah. Istirahat sejenak dan kuambil Gula Jawa yang merupakan makanan yang
mudah dicerna oleh tubuh karena bisa langsung dicerna dimulut dan dilambung
juga langsung diubah dari gula merah(jawa) menjadi gula darah dan menjadi
protein, pengubahan ini sekitar 3 menit kalau gak salah) itu sebabnya ini
selalu saya bawa untuk setiap pendakian ditambah lagi Gula jawa ini bisa
menghangatkan tubuh.
Kami
lanjutkan perjalanan setelah skitar 15 menit tidak sengaja dari teman saya
terdengar “Oh, Merapi aku aku bukan apa2”. Mencoba menyimpulkannya dalam hati
memang benar, kami ini bukan apa-apa dibandingkan dengan Gunung Merapi ini yang
begitu Gagah sehingga kami bisa sampai begitu lelahnya. Dari Pos 2 menuju Pasar
Bubrah sangat mirip dengan trek pendakian gunung Ungaran yang berbatu besar dan
tak teratur.
Sampailah
kami pukul 04.15 pada suatu dataran luas, berbatu, berpasir dan hanya ada
beberapa lampu penerang yang merupakan penelitian Gunung Merapi. Sesampai di
Pasar Bubrah ini tersa lega serasa minum air segar di padang gurun. Kami
langsung mencari tempat yang aman dan bisa untuk tempat beristirahat sejenak
menunggu sunrise.
.......dan saatnya istirahat dan tidur sejenak sambil menunggu matahari
menunjukkan cahayanya
|
Sunrise, tapi malah tidur karena kecapaian dan dingin, Hanya ini yang dapat |
Sejam, dua jam kami tertidur dan tidak melihat Sunrise
karena memang dingin dan sangat lelah, hanya matahari yang malu-malu lah yang
kami bisa nikmati. Sekitar jam 8 pagi kami mulai beraktifitas, ada yang masak
mie instan, masak air untuk minum kopi, dan ada yang berkeliaran untuk
melihat-lihat gersangnya Pasar Bubrah, dan setelah itu kami juga bernyanyi
marlogu sada dua tolu (mengharmoniskan nada dalam suatu nyanyian, kebiasaan
orang batak dengan lagunya). Tak ketinggalan juga kami main lempar batu yang
disusun bertindih.
Sampai kelupaan, jam sudah menunjukkan jam 10, dan kami
mulai bergegas untuk muncak, karena makin siang kata penduduk setempat, erupsi
makin besar tidak bisa berlama-lama diatas. Kami pun langsung begegas sekitar
jam 10.30 dan disepanjang summit attack Merapi sungguh sangat melelahkan dan
benar-benar menakjubkan karena terasa benar-benar pendakian yang
sesungguhnya. Sampailah kami di
pertengah menuju puncakan bertemu dengan bapak yang melakukan penelitian
sampling gas dari erupsi Merapi. Kami bercakap sesaat sambil istirahat dan
kembali menuju puncak.
Sesampi dipuncak, tak satupun lagi pendaki, dan kami
mungkin yang terakhir untuk muncak hari itu, mungkin karena sudah kesiangan. Di
puncak kami melaksanakan ritual pendaki yaitu foto-foto sejenak. :D
|
Gerbang TNGM, foto diambil pas turun |
|
Patardo, Paling semangat dari antara kami berempat |
|
Kelihatan cuek, padahal memang sengaja diatur hahaha |
|
Setelah turun, di Joglo New Selo, turun menghabiskan sekitar 3 jam, tampak Di Belakang Merbabu tertutup awan |
|
Di Puncak Merapi, melaksanakan ritual (berfoto sejenak) :D |
|
Menuju Puncak dari Pasar Bubrah, maju 1 langkah, mundur 2 langkah |
|
Terlihat Swandi dengan bapak-bapak yang sedang melakukan penelitian Sampling Gas di dekat kawah Merapi |
|
Daerah Puncak dan Jaket IMGI |
|
Bapak- bapak yang sedang melakukan penelitian Sampling Gas |
|
Di Pasar Bubrah |
|
Masro, bersiap untuk turun |
|
3,5 cm wkwkw |
|
berbincng-bincang dengan Swandi sebelum turun |
|
Sebelum turun, sempatkan berfoto |